Saya menempuh SD dan SMP di
sekolah Katolik, dapat anda bayangkan berapa banyak teman saya yang beragama
Nasrani.
Lebih dari itu, Mbah Kakung, Mbah Putri, Bulik, Om, dan semua sepupu
dari pihak keluarga Ibu saya menganut Katolik, mereka bukan orang-orang yang
jauh dari saya, keluarga besar Ibu saya itu sangat dekat dengan pribadi saya.
Bayangkan anda harus menjadi saya, ingin sekali mengucapkan selamat natal di
tengah kegembiraan mereka bukan?
Dalam Al-Quran Surah Maryam ayat 33 memang menjabarkan
bagaimana Nabi Isa a.s. seolah memberi contoh memberi ucapan selamat atas
kelahirannya dengan berkata, “Dan kesejahteraan kepadaku, pada hari
kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Namun, saya meragukan mengenai waktu kelahiran Nabi Isa a.s. yang diperingati setiap tanggal 25 Desember karena saya belum mendapat
literatur yang terbukti merupakan fakta yang menyatakan memang pada tanggal 25
desember lah Nabi Isa as dilahirkan.
Selain itu, yang menodai kesejahteraan atas kelahiran Nabi
Isa a.s. adalah kepercayaan umat Nasrani bahwa Isa as adalah anak Allah yang dikandung oleh Roh Kudus. Sementara dalam surat yang sama (Surah Maryam) ayat 88 sampai dengan ayat 93, disebutkan yang
artinya sebagai berikut.
(ayat 88) Dan mereka berkata,”(Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai
anak.
(ayat 89) Sungguh kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.
(ayat 90) Hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan
gunung-gunung runtuh (karena ucapan itu).
(ayat 91) Karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha pengasih
mempunyai anak.
(ayat 92) Dan tidak mungkin bagi (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai
anak.
(ayat 93) Tidak seorang pun di langit dan di bumi melainkan akan
datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.
Pasti jika anda seorang beragama Katolik atau Protestan akan
sedikit merasa kesal, kecewa, tidak percaya, atas uraian saya sampai di titik
ini.
Tetapi di sinilah kita mewujudkan apa yang kita sebut dengan toleransi.
Toleransi yang muncul adalah dengan membiarkan saya percaya kepada apa yang
saya yakini, begitupun dengan saya yang tetap membiarkan anda mempercayai yang
anda percayai.
Bukankah dengan umat muslim dilarang mengucapkan
selamat natal tidak berarti umat muslim melarang umat nasrani merayakan natal?
Dengan tidak mengucapkan Selamat Natal tidak akan mengusik
siapapun, tidak akan mengecewakan siapapun.
Sama halnya ketika saya merasa santai, biasa saja, dan tidak kecewa umat
Nasrani tidak serta merta mengucapkan selamat hari kemenangan kepada saya saat
hari Idul Fitri tiba.
Bukankah dengan umat muslim tidak mengucapkan selamat hari natal tidak
akan menyakiti siapapun?
Maka ini adalah cara yang damai, dimana umat muslim tetap setia
pada urusan dengan Tuhannya, begitupun umat Nasrani.
Fatwa haramnya mengucapkan Selamat Natal itu berlaku bagi
kaum muslim saja bro, sist, jika anda bukan, ya sebaiknya tidak usah sewot.
Karena ini urusan umat muslim, dan biarkan kami yang menyikapi sendiri.
Memang
di antara kami ada yang menyikapinya dengan cerdas sementara beberapa lainnya
hanya mengutamakan emosi.
Bertoleransi adalah ketika saya
tetap berpegang teguh kepada aqidah agama saya karena itu perintah Tuhan saya
dan menjadi urusan saya dengan Yang Maha Kuasa, sementara begitu pula umat agama lainnya
dengan aturan main agamanya masing-masing, namun kemudian kita tetap bisa
bersama-sama berteman satu sama lain, tidak saling menjatuhkan karena urusan
agama, dan tidak memunculkan suatu keributan karena alasan agama itu sendiri.